mozaik.inilah.com

    Saat ini semakin sering melihat orang baik pria maupun wanita tampil dengan rambut warna-warni. Bagaimanakah Islam memandang hal ini?

    Apalagi banyak anak muda yang melakukannya, padahal biasanya rambut mereka belum bermasalah (belum beruban), apakah hal ini diperbolehkan?

    Rasulullah SAW melarang untuk mewarnai rambut dengan warna hitam. Sedangkan bila warnanya bukan hitam maka tidak ada larangan. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:

    Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih (seperti kapas, artinya beliau telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.” (HR. Muslim no. 2102)

    Sesungguhnya sebaik-baik alat yang kamu pergunakan untuk mengubah warna ubanmu adalah hinna‘ dan katam, akan tetapi menggunakan cat rambut yang modern dan praktis, asalkan terjamin keamanan untuk kesehatan dan juga kehalalannya maka diperbolehkan.

    Hinna‘ adalah pewarna rambut berwarna merah sedangkan katam adalah pohon Yaman yang mengeluarkan zat pewarna hitam kemerah-merahan.

    Mengapa dimakruhkan bahkan haram/ tidak diperbolehkan mengecat rambut dengan warna hitam? Salah satunya adalah karena hal ini dapat memperdaya orang lain, mengira usia masih muda dari yang sebenarnya.

    Lalu bagaimana jika mewarnai rambut yang belum beruban? Hanya untuk mengikuti tren seperti artis barat atau korea?

    Niat yang seperti ini bisa tergolong tasyabuh yakni meniru-niru gaya kaum selain muslimin: Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031, hasan menurut Al Hafizh Abu Thohir)

    Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

    Syaikh Shalih Al Fauzan –guru penulis- mengatakan, “Adapun hukum mewarnai rambut wanita yang masih berwarna hitam diubah ke warna lainnya, seperti itu menurutku tidak boleh karena tidak ada faktor pendorong untuk melakukannya. Karena warna hitam sendiri sudah menunjukkan kecantikan. Kalau beruban barulah butuh akan warna (selain hitam). Yang ada dari gaya mewarnai rambut hanyalah meniru mode orang kafir.” (Tanbihaat ‘ala Ahkami Takhtasshu bil Mu’minaat, hal. 14)

    Dengan demikian, jelas bahwa mewarnai rambut adalah boleh hanya untuk menutupi uban dan itu pun tidak diperkenankan memakai warna hitam.

    sunber :

    Ilustrasi

    Ya’juj dan Ma’juj sudah ada saat ini. Allah Ta’ala juga berfirman bahwa mereka adalah kaum yang suka berbuat kerusakan di muka bumi.


    Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

    Soal :

    Fadhilatus Syaikh, telah tersebar dari Syaikh Abdurrahman ibn As Sa’di rahimahullah ‘alaihi bahwasanya beliau berkata telah nampak kaum Ya’juj dan Ma’juj dan sesungguhnya mereka adalah bangsa Cina. Setelah merujuk pada tafsir (yang ditulis oleh As Sa’di) beliau hanya menjelaskan bahwa Ya’juj dan Ma’juj akan keluar di akhir zaman dan bahwasanya mereka akan melakukan pengrusakan di muka bumi, dan keluarnya mereka adalah diantara tanda-tanda besar hari kiamat. Maka apakah As Syaikh (As Sa’di) meralat perkataannya yang pertama ataukah ada dua pendapat dalam masalah ini? Dan pendapat mana yang Anda rajihkan dalam perkara ini? Jazakumullah khaira.

    Jawab :

    As Syaikh ‘Abdurrahman ibn As Sa’diy rahimahullah adalah guru kami, dan banyak orang menukil terkait apa yang dinisbatkan sebagai pendapat beliau bahwasanya Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Cina yaitu bangsa yang ada di balik pegunungan Kaukasus.

    Pada dasarnya, beliau rahimahullah tidak pernah berkata sesuatu apapun kecuali dengan membawakan dalil bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, dan dengan menyertakan perkataan ulama sebelumnya. Akan tetapi kalangan pengikut hawa nafsu mereka menempelkan argumen selemah jaring laba-laba dalam upayanya untuk menyamarkan apa yang telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala, dengan maksud karena hasadnya mereka kepada beliau.

    Maka sesungguhnya guru kami rahimahullah tidaklah berkata bahwa Ya’juj dan Ma’juj baru akan keluar di akhir zaman, bahkan Ya’juj dan Ma’juj sudah ada di zaman sekarang ini. Tidak mungkin perkataan ini keluar berdasarkan akal semata terlebih lagi dari seorang berilmu yang kapasitasnya diakui sebagai Al ‘Allamahdi zamannya rahimahullah, sesungguhnya beliau berkata,

    “Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj telah ada saat ini, dan Al Qur’an menunjukkan akan hal itu. Allah Ta’ala berfirman tentang Dzulqarnain,

    حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْراً كَذَلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْراً ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَباً يعنيسار حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْماً لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجاً عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً
    Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Dzulkarnain). Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang kedua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata, “Wahai Dzulkarnain! Sungguh, Ya’juj dan Ma’juj itu (sekelompok manusia) yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka” (QS. Al Kahfi : 90-94).
    Berdasarkan ayat di atas, Ya’juj dan Ma’juj sudah ada saat ini. Allah Ta’ala juga berfirman bahwa mereka adalah kaum yang suka berbuat kerusakan di muka bumi, maka kaum itu memberikan harta mereka supaya Dzulqarnain membuatkan pembatas antara mereka dan Ya’juj Ma’juj. Maka Dzulqarnain pun menjawab,

    آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ
    Berilah aku potongan-potongan besi!” (QS. Al Kahfi : 96).
    Mereka pun membawakan besi dan akhirnya tersusunlah besi itu satu sama lain hingga dinding itu rata tingginya di antara kedua puncak gunung. Dzulqarnain pun meminta dibawakan potongan besi yang dilelehkan dan dituangkan dari atas dinding itu. Jadilah dinding itu layaknya gunung dari besi.

    فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ
    Maka mereka pun (Ya’juj dan Ma’juj) tidak dapat mendakinya” (QS. Al Kahfi : 97).
    Mereka tidak dapat mendakinya karena tingginya dinding, tidak pula dapat menggalinya karena bahannya terbuat dari besi. Dzulqarnain pun berkata,

    هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقّاً
    Ini adalah rahmat dari Rabbku maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (QS. Al Kahfi : 98).
    وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ
    Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) berbaur antara satu dengan yang lain” (QS. Al Kahfi : 99).
    Alhasil, bahwasanya guru kami rahimahullah tidak memiliki dua pendapat dalam masalah ini. Bahkan hanya ada satu pendapat berdasarkan dalil dari Kitabullah ‘azza wa jalla dan demikian pula pendapat ulama lain. Bahkan sesungguhnya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menetapkan hal tersebut, beliau bersabda,
    يقول الله تعالىيا آدم يعنييوم القيامة– فيقوللبيك وسعديكفيقولأخرج من ذريتك بعثاً إلى النارقاليا ربِّ وما بعث النار؟ قالتسعمائة وتسعة وتسعون من كل ألفيعنيتسعمائة وتسعة وتسعين من بني آدم كلهم في النار وواحد في الجنة، (فَكَبُر ذلك على الصحابة وعظم عليهم وقالوايا رسول اللهأين ذلك الواحد؟ قالأبشروا فإنكم في أمتين ما كانتا في شيء إلا كثرتاه يأجوج ومأجوج
    Allah berfirman, “Wahai Adam. Ia pun menjawab, “Ya, aku memenuhi panggilan-Mu”. Allah berfirman, “Keluarkanlah ba’tsun naar (utusan neraka)!” Ia bertanya, “Apakah ba’tsun nar itu?” Allah berfirman, “Dari setiap 1000 orang, 999 orang sebagai menghuni neraka (sehingga 1 orang masuk surga -pent). Para shahabat pun gempar dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang termasuk satu orang (yang satu) itu?” Beliau bersabda, “Bergembiralah! Sesungguhnya dari kalian satu orang dan dari Ya`juj dan Ma`juj seribu orang”. (HR. Bukhari).


    Hadits ini jelas menunjukkan bahwa :
    • Ya’juj dan Ma’juj termasuk dari kalangan anak Adam
    • Ya’juj dan Ma’juj masuk neraka seluruhnya
    • Ya’juj dan Ma’juj sudah ada saat ini menurut pandangan kami berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Akan tetapi mereka yang telah ada saat ini bukanlah mereka yang nanti akan keluar di akhir zaman. Bahkan akan datang kaum yang lahir belakangan, mereka keluar di akhir zaman dan berbuat kerusakan di muka bumi sebagaimana kerusakan yang diperbuat nenek moyang mereka

    Sumber :
    - Muslim.or.id

    source : Google.com

    Anda dapati banyak orang yang membaca Al Qur'an namun mereka terjerumus dalam kesyirikan dan meninggalkan tauhid. Padahal perkara tauhid ini sangat jelas di dalam Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam .


    Tidak diragukan lagi bahwa Al Qur’an telah menjelaskan segala aspek yang dibutuhkan oleh manusia. Allah Ta’ala berfirman:
    وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
    dan Kami telah menurunkan Al Kitab kepadamu sebagai penjelasan atas segala sesuatu serta sebagai petunjuk dan rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang Muslim” (QS. An Nahl: 89).
    Dan penjelasan yang paling dibutuhkan serta paling urgen bagi manusia di dalam Al Qur’an adalah tentang tauhid dan syirik. Karena perkara ini adalah pokok agama dan hal mendasar dalam Islam. Tauhid lah yang menjadi pondasi dari semua amalan yang dilakukan seorang Muslim, dan syirik lah yang bisa membatalkan semua amalan tersebut.
    Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kedua perkara ini di dalam Al Qur’an dengan penjelasan yang gamblang dan jelas. Allah Ta’ala berfirman:
    وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَمَا يَكْفُرُ بِهَا إِلَّا الْفَاسِقُونَ
    Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.” (QS. Al Baqarah: 99).
    Bahkan semua bagian dari Al Qur’an adalah penjelasan mengenai tauhid dan syirik. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa Al Qur’an seluruhnya menjelaskan tentang tauhid. Karena isi dari Al Qur’an pasti tidak lepas dari:
    • Perintah untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik
    • Penjelasan tentang balasan baik bagi ahli tauhid, dan balasan buruk bagi ahli syirik
    • Penjelasan tentang hukum halal dan haram, yang ini merupakan konsekuensi tauhid
    • Kisah-kisah tentang para Rasul dan umat mereka, dan pergolakan yang mereka alami, yang ini merupakan pelajaran mengenai balasan atas tauhid dan syirik” (Syarh Al Ushul As Sittah, Syaikh Shalih Al Fauzan, 16).

    Maka Al Qur’an yang dibaca siang dan malam, dalam shalat, di luar shalat, dilantunkan oleh para qaari‘, dan dihafal oleh banyak orang, semuanya berisi tentang tauhid. Namun sayang sungguh sayang, masih banyak orang yang terluput dari hal ini. Mereka membaca dan mendengarkan Al Qur’an namun tauhid tidak nampak dalam perilaku mereka, bahkan mereka terjerumus dalam kesyirikan.

    Tujuan membaca Al Qur’an

    Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan mengatakan: “anda dapati banyak orang yang membaca Al Qur’an namun mereka terjerumus dalam kesyirikan dan meninggalkan tauhid. Padahal perkara tauhid ini sangat jelas di dalam Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Karena mereka melestarikan apa yang mereka dapati dari kakek moyang mereka, para syaikh mereka, dan kebiasaan penduduk daerah mereka. Mereka tidak merenungkan barang satu hari pun, dan tidak men-tadabburi, apa yang ada di dalam Al Qur’an. Dan mereka tidak berusaha mengkiritis apa yang dilakukan orang-orang, apakah hal tersebut sudah benar atau tidak?”.
    Beliau melanjutkan, “bahkan mereka mempraktekkan taklid buta kepada kakek moyang mereka. Mereka menganggap Al Qur’an hanya dibaca sekedar untuk mengambil berkahnya saja dan meraih pahala dari membacanya. Mereka tidak bermaksud untuk mentadabburi dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya” (Syarh Al Ushul As Sittah, Syaikh Shalih Al Fauzan, 10).
    Padahal Al Qur’an dibaca untuk diamalkan, karena ia adalah sumber hidayah, Allah Ta’ala berfirman:
    (إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ) (الإسراء: من الآية9)
    Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al Isra: 9).
    Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk mentadabburi isi Al Qur’an, bukan sekedar membaca tanpa perenungan. Allah Ta’ala berfirman:
    (أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
    Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
    Bahkan sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajarinya, berusaha memahami isinya dan mengajarkannya kepada orang lain. Bukan sekedar membacanya tanpa pemahaman. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
    خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه
    sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639).
    Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan melanjutkan, “sedikit sekali orang yang membaca Al Qur’an dengan tujuan ini. Kebanyakan mereka hanya membacanya untuk mencari berkah atau sekedar bernikmat-nikmat mendengarkan tilawah sang qaari’, atau untuk mengobati orang sakit. Adapun membaca Al Qur’an untuk mengamalkannya, serta mentadabburinya, dan mengembalikan apa yang dilakukan oleh orang-orang kepada Al Qur’an, ini semua tidak ditemukan kecuali hanya pada sedikit orang saja” (Syarh Al Ushul As Sittah, Syaikh Shalih Al Fauzan, 11-12).

    Terlalu perhatian pada tajwid, namun lalai para tauhid

    Sebagian orang, memberikan perhatian yang begitu serius dalam tajwid (membaguskan bacaan Al Qur’an). Atau sangat perhatian pada langgam-langgam dalam membaca Al Qur’an, menghafal dan melatih langgam-langgamnya, atau mengoleksi banyak rekaman para qaari’ dan menirukan bacaan serta iramanya. Namun justru mereka lalai terhadap esensi dari apa yang dibaca.
    Syaikh Shalih Al Fauzan menyebutkan, “orang-orang membaca Al Qur’an, memperbanyak bacaannya, mengkhatamkannya berkali-kali, menghafalnya, mentartilkannya, mereka sangat perhatian pada lafadz-lafadz dan tajwidnya. Sangat perhatian pada hukum-hukum mad, hukum-hukum idgham, ghunnah, iqlab, izhar, ikhfa, dan mencurahkan perhatian yang sangat besar dalam hal itu. Ini memang baik. Namun tujuan yang lebih urgen bukanlah ini. Tujuan yang lebih urgen adalah mentadabburinya, memahami Kitabullah, dan mengembalikan amalan kita serta amalan manusia kepada Kitabullah, apakah amalan-amalan tersebut sesuai dengan Kitabullah atau bertentangan?” (Syarh Al Ushul As Sittah, 13).

    Tantangan berat bagi pada da’i tauhid

    Beliau juga mengatakan, “bahkan jika ada seorang da’i yang ingin memperbaharui kebiasaan buruk yang ada pada diri mereka, mereka akan marah dan menuduhnya berbuat kesesatan. Bahkan mereka juga menuduhnya telah keluar dari ajaran agama, atau ia telah membaca ajaran baru, dan tuduhan-tuduhan lainnya” (Syarh Al Ushul As Sittah, 12).
    Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa orang mendakwahkan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, mengajak manusia untuk bertauhid yang benar dan meninggalkan kesyirikan, akan mendapat penentangan dari orang-orang. Hal itu tidak akan membuat mereka menjadi rendah dan hina, justru akan mengangkat derajat mereka di sisi Allah. Justru orang-orang yang menyelisih Al Qur’an dan sunnah yang hakikatnya hina dan rendah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
    نَّ اللهَ يرفعُ بهذا الكتابِ أقوامًا ويضعُ به آخرِينَ
    Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al Qur’an ini, dan merendahkan kaum-kaum yang lainnya dengannya” (HR. Muslim).

    Mereka telah didahului oleh para Nabi dan Rasul Allah yang juga mengalami hal yang serupa, bahkan lebih dahsyat lagi. Oleh karena itu Allah menghibur Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta para da’i ilallah yang berjalan di atas jalannya:
    مَا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ
    Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu (wahai Muhammad) kecuali sesungguhnya hal serupa telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih” (QS. Fushilat: 43).
    Semoga kita dimasukkan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa mempelajari, merenungkan dan mengamalkan kandungan Al Qur’an. Semoga kita digolongkan menjadi orang-orang yang bertauhid dan dijauhkan sejauh-jauhnya dari kesyirikan. Wallahu waliyu dzalika wal qaadiru ‘alahi.
    source :
    - Muslim.or.id
    - Yulian Purnama



    Telah masuk beberapa pertanyaan ke Lajnah Daimah Lil Buhuts Ilmiah wal Ifta’, terdata di komisi bidang umum ulama besar KSA, diantaranya no 7180 pada 11/11/1421, dan no. 7246 dengan tanggal 17/11/1421 H, dll.

    “Akhir-akhir ini lagi marak diantara pelajar sekolah permainan yang dikenal dengan pokemon. Permainan ini telah menghipnotis otak kebanyakan anak-anak pelajar dan menawan hati mereka sehingga menjadi candu untuk membeli kartu-kartunya. Bagaimana sebenarnya hukum permainan Pokemon ini ?

    Jawaban Lajnah:

    Permainan ini mengandung beberapa pelanggaran terhadap syariat, diantaranya: syirik kepada Allah karena meyakini adanya beberapa Tuhan/dewa, perjudian yang diharamkan oleh Allah dalam Al Quran, menyebarkan syiar-syiar kekufuran, menebarkan gambar-gambar tak senonoh yang haram, memakan harta dengan cara yang bathil/haram.

    Karena hal-hal ini, maka Lajnah memandang haramnya permainan ini dan haramnya harta hasil dari permainan ini karena itu termasuk perjudian yang haram, demikian juga haram jual beli permainan ini, karena hal itu merupakan sarana kepada apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya.

    Lajnah mewasiatkan kepada segenap kaum muslimin untuk mewaspadainya dan melarang anak-anak dari permainan ini guna menjaga agama, aqidah dan akhlak mereka. Hanya kepada Allah, kita memohon Taufiq”.


    sumber :
    Muslim.or.id

    ,


    Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan sukur kepada Allah S.W.T., karena Dia telah memberikan ni’mat kepada kita, sehingga kita bisa hadir ditempat yang kita cintai ini....
    Kemudia solawat dan salam kita tujukan kepada nabi Muhammad S.A.W. karena beliau telah membawa kita dari alamjahiliyah menuju alam islamiyah seperti yang kita rasakan pada saat ini..
    Adapun judul kultumkita pada kesempatan kali ini adalah: MAKNA SEBUAH KEBAHAGIAAN

    Sebenarnya kebahagiaan itu ada pada diri semua orang, tidak memandang sikaya dan simiskin, pejabat dan segala kemewahan duniawi, namun terletak pada jiwa dan hati yang tenang. Tidak harus kaya atau pejabat dan orang berharta, tetapi semua orang bisa memiliki kebahagiaan itu. Justu orang yang kaya yang selalu disibukkan dengan kekurangan dan pekerjaan sehingga hati mereka menjadi tidak tenang. sebab, berapapun harta yang mereka miliki masih saja kurang tidak pernah merasa pas dan cukup.

    Oleh sebab itu, marilah kitaselalu ingat pada yang member Zat Yang Menentukan kebahagiaan, karena Allah lah Zat yang member ketenangan kepada siapapun yang dikehendakinya, maka dari itu marilah kita mengejar terus kebahagiaan itu dengan senantiasa ingat kepada Allah.

    Mana mungkin kebahagiaan itu diberikan kepada orang-orang yang durhaka kepada Tuhannya, banyak mereka beranggapan bahwa kebahagiaan itu terletak pada harta yang banyak dan bertumpuk saja. Anggapan yang seperti itu tidak benar. Mereka lupa bahwa kemegahan, kedudukan dan semua kemewahan dunia itu pasti binasa tidak ada yang abadi.

    Kalau orang mengerti bahwa hidup didunia ini hanyalah sebentar dan sementara. Seharusnya mereka sadar dan mencari bekal untuk persiapan nanti dalam perjalanannya menuju akhirat yang abadi. Sehingga dengan dengan perbekalan itu diharapkan agar mencapai tujuan ke akhirat dengan selamat, dengan mengerjakan amalan-amalan yang baik, dan segera bertaubat atas dosa yang pernah dilakukannya.
    Kaum Muslimin yang berbahagia....
    Jadi,kebahagiaan itu tidak terletak pada harta dan dunia, tetapi terletak pada keimanan.

    Allah S.W.T. berfirman dalam Surat Ar-Ra’du ayat 29

    "Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik."

    Hanya inilah yang dapat saya sampikan mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, dan kalau ada kata-kata saya yang salah mohon dimaafkan. 
    Saya tutup dengan: WABILLAHI TAUFIK WAL HIDAYAH. Wassalamualaikum wr. wb

    , ,


    Ibrahim A.S

    Nabi Ibrahim merupakan nabi dalam agama Islam. Ia bergelar Khalilullah (خلیل اللہ, Kesayangan Allah). Ibrahim bersama anaknya, Ismail, terkenal sebagai para pendiri Baitullah. Ia diangkat menjadi nabi yang diutus kepada kaum Kaldān yang terletak di negeri Ur, yang sekarang dikenal sebagai Iraq. Ibrahim merupakan sosok teladan utama bagi umat Islam dalam berbagai hal. Ibadah Haji dan penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha merupakan beberapa perayaan untuk memperingati sikap berbakti Ibrahim terhadap Allah.

    Ibrahim termasuk golongan manusia pilihan di sisi Allah, serta termasuk golongan Ulul Azmi. Nama Ibrahim diabadikan sebagai nama sebuah surah, serta disebut sebanyak 69 kali di Al-Qur'an.

    Etimologi
    Dalam buku yang berjudul "Muhammad Sang Nabi - Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail," karya Omar Hashem, dikatakan bahwasanya nama Ibrahim berasal dari dua suku kata, yaitu ib/ab (إب) dan rahim (راهيم). Jika disatukan maka nama itu memiliki arti "ayah yang penyayang."

    Genealogi
    Ibrahim merupakan putra Azar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Ra'u bin Faligh bin Abir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh. Al-Hafidz ibnu Asakir meriwayatkan bahwasanya ibu kandung nabi Ibrahim bernama Amilah. Sementara menurut al-Kalbiy, ibu kandung nabi Ibrahim bernama Buna binti Karbina bin Kartsi, yang berasal dari Bani Arfakhsyad.

    Azar memiliki tiga putra: Ibrahim, Haran, dan Nahor. Ibrahim dilahirkan di sebuah wilayah bernama Faddam Aram, yang terletak di kerajaan Babilonia. Ibnu Asakir meriwayatkan dalam kitab at-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy bahwasanya nabi Ibrahim dijuluki sebagai "Abu adh-Dhaifan." Ibrahim memiliki dua putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Ismail dan nabi Ishaq, sementara nabi Ya'qub merupakan cucu Ibrahim. Haran juga memiliki seorang putra yang termasuk golongan nabi, yakni nabi Luth.

    Para Istri Nabi Ibrahim A.S
    Ketika Sarah hendak ditawan raja Mesir untuk dijadikan selir, Allah memberi perlindungan kepada Sarah sehingga raja Mesir tidak dapat menjadikan Sarah sebagai selir. Setelah menyadari bahwa Allah telah menghadirkan berbagai azab yang menimpa diri raja Mesir berkenaan dengan Sarah yang merupakan istri Ibrahim, ia mengembalikan Sarah kepada Ibrahim; kemudian raja Mesir menghadiahkan Hajar sebagai budak untuk Sarah sebagai penebusan dosa. Hajar adalah seorang permaisuri kerajaan Mesir.

    Para istri Ibrahim dan anak-anak yang dilahirkan oleh mereka adalah sebagai berikut:
    • Sarah: Ishaq
    • Hajar al-Qibthiyah al-Mishtiyah: Ismail
    • Qanthura binti Yaqthan: Zimran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan Syuh.

    Mukjizat
    1. Melihat Burung dihidupkan kembali
    Sewaktu Ibrahim telah bertekad memerangi perilaku syirik dan penyembahan berhala, ia masih ingin meneguhkan keimanan terlebih dahulu sehingga dapat menenteramkan kalbu. Maka Ibrahim memohon kepada Allah, agar diperlihatkan kepada dirinya tentang cara Allah menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
    "...dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepada diriku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap." Allah berfirman, "Ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggilah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."   

    - Al-Baqarah 2:260

    2. Diselamatkan ketika hendak dibakar
    Sebagian ulama salaf menyebutkan bahwa ketika Jibril menampakkan diri kepada Ibrahim di udara, ia bertanya kepada Ibrahim apakah Ibrahim memerlukan bantuan, kemudian Ibrahim menjawab tidak perlu bantuan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair bahwasanya Malaikat Ar-Ra'd (malaikat pengatur awan dan hujan) mengatakan: "Kapan saja aku diperintah, maka aku akan menurunkan hujan" namun Firman Allah hadir lebih cepat,

    "Kami berfirman, "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim."    - Al-Anbiya' 21:69

    Ka'ab al-Ahbar meriwayatkan, "Saat itu seluruh penduduk bumi tidak bisa menyalakan api, sedangkan Ibrahim tidak terbakar sedikitpun selain tali yang mengikat dirinya." Sedangkan menurut As-Suddiy, "Saat itu Ibrahim didampingi oleh Malaikat Azh-Zhil (malaikat pemberi naungan), sehingga sewaktu Ibrahim berada di kobaran api, sebenarnya ia berada di taman hijau. Orang-orang melihatnya namun tidak mampu memahami keadaan itu dan ia pun tidak keluar untuk menemui mereka." Ibnu Majah meriwayatkan bahwa ketika Ibrahim dilempar ke dalam kobaran api besar; semua hewan di muka bumi berusaha memadamkan api tersebut, kecuali tokek yang berusaha membuat api membesar.

    3. Pasir berubah menjadi makanan
    Abdur Razzaq meriwayatkan bahwasanya ketika Namrudz memiliki banyak persediaan makanan, terdapat orang-orang yang hadir untuk memperoleh kebutuhan makanan, termasuk Ibrahim yang turut hadir. Menurut kitab "Qashash al-Anbiyaa", pada sebuah hari ketika persediaan makanan telah habis, Ibrahim mengambil gundukan pasir, yang kemudian berubah menjadi bahan makanan tatkala ia sampai di rumah.

    KISAH
    1. Kelahiran Dan Masa Muda
    Pada 2295 SM. Kerajaan Babilonia waktu itu diperintah oleh Namrudz, seorang raja bengis yang berkuasa secara absolut dan zalim. Kerajaan itu mendapat pertanda langka pada bintang-bintang bahwa akan ada seorang anak laki-laki perkasa lahir dan keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dengan salah seorang keturunannya akan membunuh Namrudz. Ketakutan terhadap kabar ini, maka ada perintah keji supaya bayi laki-laki itu harus dibunuh. Pada waktu yang hampir bersamaan, Azar merasakan kebahagiaan sekaligus kekhawatiran karena ia mendengar kabar bahwa istrinya sedang mengandung seorang anak, beberapa waktu setelah ia dinobatkan sebagai panglima kerajaan sehingga Azar diperintah Namrudz supaya kelak menyerahkan bayinya itu. Kemudian kedua putra Azar, yakni Nahor dan Haran, memberi pendapat tentang persoalan ini. Haran, sebagai seorang ahli nujum serta memiliki ilmu nubuat, berpendapat bahwa sang ayah dapat menyerahkan anak itu kepada raja, sebab Haran meyakini bahwa belum ada pertanda di langit yang gagal; sekalipun harus diserahkan ke pedang atau perapian, Haran percaya akan ada keajaiban yang membuat anak itu tetap hidup. Sementara itu, Nahor memberi saran supaya sang ibu meninggalkan Babilonia untuk sementara waktu, sehingga sang ayah dapat menyerahkan bayi lain sebagai ganti bayinya. Azar menerima saran Nahor supaya meninggalkan Babilonia.

    Ketika telah menempatkan istrinya bersama seorang bidan supaya berlindung di sebuah gua sampai hari bersalin; Azar mengambil seorang bayi dari seorang hambanya untuk diserahkan ke Namrudz. Ketika penyembelihan bayi dilakukan, Namrudz bergembira sebab ia menyangka ancaman bagi kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, ketika istri Azar telah mengalami persalinan, ia bersama seorang bidan merawat bayi yang dinamai Ibrahim. Setelah beberapa waktu, Ibrahim masih ditempatkan di dalam gua tersebut supaya menghindari kecurigaan Namrudz. Kemudian Ibu kandung Ibrahim bersama seorang bidan harus beranjak pergi dalam keadaan berat hati, sehingga sang ibu menangis seraya berdoa: "Semoga Sang Pelindung selalu menyertaimu, wahai anakku....." maka Allah mengutus sesosok malaikat supaya hadir dan merawat Ibrahim.

    Haran masih mempercayai pertanda di langit bahwa adiknya masih selamat, sehingga Haran pergi mendatangi gua yang telah digunakan sebagai tempat perlindungan. Haran takjub ketika mendapati adiknya, yakni Ibrahim, telah menjadi seorang anak laki-laki yang dapat berbicara. Haran mengajak Ibrahim pulang ke negeri Babilonia, namun Ibrahim sempat menolak seraya menyatakan bahwa ia tidak mempunyai rumah karena ia mengaku telah tersesat di sebuah tempat yang tidak ia kenal. Pada akhirnya Haran berhasil membawa Ibrahim ke rumah sang ayah di Babilonia. Ketika Haran mempertemukan Ibrahim, sang ayah tidak percaya bahwa anak yang diajak Haran merupakan bayi yang telah ditinggalkan di gua. Ketika Ibrahim ditanyai tentang siapa yang selama ini memberinya makan, ia menjawab bahwa Yang Maha Pemberi yang menyediakan makanan untuknya, lalu ia kembali ditanya tentang siapa yang merawatnya saat sakit, ia menjawab bahwa Yang Maha Menyembuhkan yang melakukannya, kemudian ketika ditanya tentang siapa yang memberitahunya tentang jawaban-jawaban ini, Ibrahim menjawab bahwa Yang Maha Mengetahui yang mengajarinya. Maka Azar, ayah kandung Ibrahim, merasa heran dan takjub terhadap Ibrahim. Untuk menghindari kecurigaan Namrudz, Ibrahim diasuh di rumah Haran yang berada di luar wilayah Babilonia. Di sana Ibrahim dibesarkan bersama anak-anak Haran yaitu Luth,Sarah dan Milka.

    2. Mencari Tuhan yang sebenarnya
    Ketika Ibrahim telah beranjak dewasa, ia merasa kehilangan sosok yang sebelumnya memberi makan dan perlindungan untuk dirinya, terlebih ia telah mendapati banyak orang yang merupakan para penyembah berhala tetapi Ibrahim mengingkari anggapan bahwa patung berhala adalah dewa; sehingga Ibrahim berniat untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya. Maka Ibrahim memilih untuk berpindah ke rumah nabi Nuh selama beberapa waktu. Setelah berguru di rumah nabi Nuh, Ibrahim memutuskan pergi sebab ia belum mendapat jawaban yang memuasakan dalam pencariannya; walau demikian, Ibrahim pulang sambil memperoleh berbagai ilmu maupun risalah berharga dari nabi Nuh. Tatkala Ibrahim kembali ke rumah Azar, ayah kandungnya, ia sering mendapati sang ayah sedang membuat patung-patung serta meletakkan makanan di depan patung-patung itu sehingga menyebabkan Ibrahim bertanya-tanya tentang perilaku sang ayah. Mendapati jawaban bahwa sang ayah menyembah patung lantaran tradisi leluhur, Ibrahim mempertanyakan tradisi ini namun sang ayah membiarkan Ibrahim. Pada zaman Ibrahim, sebagian besar orang di Mesopotamia beragama politeisme, yakni sebuah tradisi penyembahan kepada lebih dari satu sembahan, baik sembahan-sembahan yang dianggap berada di muka bumi maupun sembahan-sembahan yang dianggap berada di langit, dan orang-orang tersebut membuat berbagai patung sebagai perlambangan sembahan-sembahan itu. Nahor menyatakan bahwa di langit ada berbagai sembahan, namun Ibrahim merasa perlu membuktikan ucapan ini.

    Terdapat beberapa ayat yang menjelaskan sebagian kisah tentang pencarian Ibrahim mengenai Tuhannya:
    Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata: "aku tidak suka kepada yang tenggelam."

    Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit ia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, ia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." 
    Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, ia berkata: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan."    - Al-An'am 6:76-78

    Inilah daya logika yang Allah karuniakan untuk nabi Ibrahim sehingga ia menolak agama penyembahan langit yang sedang dipercayai kaumnya. Ibrahim pun menyadari bahwa Yang Mengendalikan bulan, bintang, matahari, siang dan malam; juga Yang Menciptakan seluruh makhluk di bumi adalah Tuhan yang sebenarnya. 

    3. Berdakwah kepada ayah kandung
    Ibrahim menganggap bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah terlebih dahulu menyadarkan Azar, ayah kandungnya, sebagai orang yang terdekat kepadanya, juga sebagai peringatan untuk sang ayah bahwa tindakan menyembah berhala-berhala merupakan perbuatan sesat yang setara dengan kemusyrikan. Selain itu, Ibrahim menganggap bahwa sikap berbakti kepada sang ayah mewajibkan dirinya untuk memberi penerangan supaya menyingkirkan kepercayaan sesat, sehingga sang ayah mengikutinya dalam beriman kepada Allah, Yang Maha Kuasa.

    Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tua serta melalui ucapan yang halus, Ibrahim datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa Allah telah mengutus ia sebagai nabi dan rasul; serta telah diilhamkan dengan ilmu dan risalah yang tidak dimiliki oleh sang ayah. Ibrahim mulai berbicara secara lemah lembut kepada ayahnya, kemudian bertanya apakah gerangan yang menjadi penyebab untuk menyembah berhala sebagaimana yang diperbuat kaumnya, walaupun berhala-berhala itu tidak dapat mengaruniakan nasib baik untuk para penyembahnya, tidak pula dapat mencegah nasib buruk. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan berhala merupakan semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh umat manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia mengajak kepada ayahnya supaya merenungkan dan memikirkan nasihat beserta seruan untuk meninggalkan berhala-berhala, supaya sang ayah menyembah Allah yang telah menciptakan umat manusia beserta semua makhluk hidup lain, juga yang mengaruniakan untuk mereka, rezeki beserta kenikmatan hidup, serta yang telah mempercayakan bumi beserta segala isinya kepada umat manusia.

    4. Peringatan Terhadap para penyembah berhala
    Semasa remaja, Ibrahim masih sering bertanya kepada sang ayah tentang Tuhan yang sesungguhnya. Walau demikian, ayahnya tetap tak menghiraukan Ibrahim. Sampai suatu ketika Ibrahim bertanya: "Terbuat dari apakah patung-patung ini?" maka ayahnya menunjukkan kayu sebagai bahan. Ibrahim pun mempertanyakan: "Patutkah kayu disebut sebagai sembahan? benda mati yang hangus lenyap di perapian?" untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain, Azar menyuruh Ibrahim menjual patung-patung. Tetapi didasari iman dan tauhid yang telah Allah ilhamkan, Ibrahim menyadari kesia-siaan patung berhala sehingga ia justru berdakwah kepada banyak orang tentang betapa tak berdaya patung buatan ayahnya: "Siapakah yang mau membeli patung-patung diam dan tidak berguna ini?" melalui berbagai cara, Ibrahim berusaha menyadarkan tentang kesia-siaan patung berhala, juga Ibrahim berupaya menyebarkan dakwah tentang Tuhan yang sesungguhnya.

    Sewaktu mendapati Azar, ayah kandungnya, tetap tidak mau meninggalkan penyembahan patung berhala kayu, Ibrahim merasa sedih dan ingin menyadarkan sang ayah tentang kekeliruan ini. Ibrahim berusaha memperingatkan secara berulang-ulang, hingga Ibrahim menyatakan: "Sekiranya kayu memang sembahan, bukankah api dapat menghanguskan kayu? sekalipun api dianggap sebagai sembahan, maka air dapat memadamkan dan melenyapkan api; meskipun air dianggap sebagai sembahan, maka air akan lenyap diserap oleh tanah; sekalipun tanah dianggap sebagai sembahan, maka matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus; sekalipun matahari bersinar terang, tidaklah itu patut dianggap sebagai sembahan sebab matahari akan kehilangan cahaya karena awan yang bergumpal-gumpal dan lenyap dalam kegelapan malam lalu tergantikan sinar bulan dan bintang-bintang; Awan-awan ataupun malam tidaklah patut dianggap sebagai sembahan; apakah sembahan hanya hadir dalam waktu tertentu dan menghilang dalam waktu tertentu pula, sementara umat manusia beserta segala makhluk di bumi selalu hidup dan hadir setiap waktu? Bukankah Yang telah Menciptakan langit dan bumi beserta segala hal yang berada antara keduanya merupakan Tuhan yang sesungguhnya? kiranya kamu mau merenungkan."

    Ibrahim berseru kepada kaumnya: "Apapun yang kalian sembah itu adalah segala yang kubenci selain Tuhannya alam semesta, Dialah yang menciptakan diriku dan membimbing diriku, sebab Dialah yang menciptakan sesuatu berdasar TujuanNya dan KehendakNya, Dialah yang menghadirkan kebenaran kepadaku melalui pendengaranku, sebab semula aku hanya ciptaan yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang menampakkan cahaya yang menerangi supaya aku mengetahui jalan yang harus kutempuh karena aku hanyalah ciptaan yang tersesat di antara bumiNya dan langitNya, Dialah yang selalu hadir untukku sebab Dialah yang menyediakan segala hal untuk kumakan dan kuminum, Dialah yang menghidupkan orang yang mati untuk Dia dan yang mematikan orang yang hidup tanpa Dia. Aku sendiri tidak mengetahui untuk apa aku dihidupkan maka tiada tugas bagiku di dunia selain melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh Sang Pencipta yang menghidupkan diriku, dan aku pun bersedia mati, sekiranya Dia pula yang menghendaki hal tersebut. Lalu patutkah aku bersujud memuja benda-benda yang kalian serukan itu daripada menyembah Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?" Dengan cara demikian, Ibrahim berusaha untuk menyadarkan kaumnya; walau mereka mengabaikan berbagai seruan Ibrahim; bahkan mereka tetap berkeras meneruskan penyembahan berhala.

    Sewaktu telah memperoleh berbagai risalah Allah, Ibrahim tetap bertekun dalam menyampaikan berbagai dakwah menentang tindakan penyembahan berhala yang berlangsung di tengah-tengah kaumnya; hingga ketika Ibrahim menyadarkan ayah kandungnya beserta kaumnya, tentang kesesatan penyembahan berhala:
    "...dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, "Patutkah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."    - Al-An'am 6:74


    5. Perlawanan menghadapi kaum penyembah berhala
    Sewaktu Ibrahim telah menyadarkan kesesatan berbagai jenis penyembahan berhala, juga berbagai dakwahnya telah tersebar ke berbagai negeri; Namrudz, yang telah mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi, memerintahkan seluruh rakyatnya datang membawa banyak batu dan patung untuk mendirikan sebuah tugu menjulang tinggi di Babilonia sebagai tempat berhala khusus sehingga seluruh orang di negeri itu diajak bersatu sebagai sebuah kaum penyembah patung berhala agar orang-orang tersebut menganggap segala jenis ibadah yang tidak menyembah patung berhala sebagai ibadah menyimpang. Ketika mendapati berbagai patung berhala dijadikan sebagai sembahan, maka Ibrahim bertekad untuk Allah, sewaktu berjihad meremukkan berbagai patung berhala sebagai bentuk perlawanan terhadap kesesatan serta kebodohan di tengah-tengah kaumnya, serta membuktikan bahwa patung batu hanyalah benda mati yang tidak dapat bertindak apapun untuk para penyembahnya. Ibrahim datang untuk meruntuhkan segala patung batu yang berada di Babilonia terkecuali sebuah patung terbesar yang dianggap sebagai sembahan paling hebat bagi kaumnya.

    Mendapati terdapat batu-batu yang remuk beserta puing reruntuhan di tempat berhala mereka, para penyembah berhala merasa marah, kemudian mereka hendak menghukum orang yang melakukan tindakan ini. Ibrahim; yang dikenal berani menentang penyembahan berhala, dipanggil untuk dihakimi. Mereka bertanya: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?" ia menjawab: "Sebenarnya patung terbesar itulah yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda itu jika memang dapat berbicara." mereka pun mulai tersadar, lalu ia mengatakan: "Sesungguhnya kalian memang orang-orang yang zalim" lalu dengan kepala tertunduk, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara." ia berkata: "Lalu mengapakah kalian menyembah kepada yang selain Allah, kalian menyembah berbagai sembahan yang tidak sedikit pun dapat mengaruniakan manfaat, tidak pula menimpakan nasib buruk untuk kalian?[ sekiranya kalian tidak menghentikan tindakan semacam ini, tentulah Tuhanku kelak membakar kalian di Neraka."

    6. Perapian Babilonia
    Mendengar pernyataan bahwa kelak para penyembah berhala akan dibakar di Neraka; mereka tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa, justru mereka beranggapan bahwa ia hendak membakar seluruh orang yang telah menyembah berhala. Sebagai hukuman atas tindakan terhadap patung-patung berhala maupun pernyataan ini, mereka hendak membunuh dan membakarnya. Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan banyak kayu bakar untuk sebuah perapian besar. Kemudian Namrudz, orang yang telah mengajak seluruh penduduk negeri agar menyembah berhala, menyatakan secara angkuh: "Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!"

    Terdapat banyak orang dari berbagai negeri yang hadir untuk menyaksikan peristiwa ini, bahwa sebagian besar dari mereka percaya kepada Namrudz. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang turut dihadirkan karena selama ini telah menyembunyikan Ibrahim dan tidak menyerahkan kepada Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa ia tidak menuruti perintah Namrudz, ia menjawab: "Bukankah aku pernah mengatakan bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan bisa mengubah segala yang tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup mengubah langit dan bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka menjawab: "Memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku" mereka pun bertanya: "Apakah kamu percaya kepada Tuhannya Ibrahim?" Haran merasakan keraguan dalam benaknya, sebab di malam sebelumnya ia mendapati pertanda di langit bahwa akan ada orang yang terbakar hebat oleh perapian, sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari perapian. Haran menjawab: "Seandainya Ibrahim tidak selamat dari perapian tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin bersama aib ini; akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat sehingga Ibrahim berhasil selamat maka aku akan datang dan memeluknya."

    Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata: "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku, sebab selama ini Dialah yang melindungi nyawaku terhadap Maut bahwasanya segala penyelamatan hanya berasal dari Dia; sekalipun aku harus mati, maka aku bersedia jika hal itu yang Dia kehendaki" lalu malaikat tersebut beranjak pergi. Allah turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa banyak manusia di muka bumi pada zaman itu memiliki satu pemikiran dari satu sudut pandang terhadap peristiwa perapian ini, maka Allah hendak melaksanakan ketetapan kepada pikiran orang-orang tersebut dengan menampakkan berbagai hal berbeda dalam penglihatan mereka; yang kemudian satu umat dan satu bangsa di bumi menjadi berbagai bangsa yang memiliki pendirian dan pola pikir yang berbeda. Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim, maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya dapat berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.

    Mendapati Ibrahim selamat dari tengah-tengah perapian yang membara, seketika itu pula Haran bergegas mendekat untuk memeluknya; akan tetapi Haran seketika mati disambar oleh kobaran api, sebab Haran tanpa memiliki keimanan sewaktu mendekat kepada api yang dihadirkan Allah supaya menjadi keselamatan untuk orang yang bersungguh-sungguh mengimani Allah, yakni Ibrahim. Pada saat semacam ini, muncul banyak pandangan dalam pengamatan orang-orang yang menyaksikan, sehingga mereka menyatakan tentang kepercayaan masing-masing akibat munculnya berbagai pendapat berbeda terhadap kejadian ini. Orang-orang yang saling bersepakat tentang pandangan serupa; kemudian membentuk sebuah kelompok tersendiri untuk membantah serta berselisih dengan pihak yang berseberangan pandangan; disebabkan mereka saling berkeras pada pendapat masing-masing dan mereka mendengki untuk menerima kebenaran dari pihak lain, termasuk untuk menerima kebenaran bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian. Sebagian besar orang berpegang pada pendapat masing-masing serta tidak mengakui satu sama lain bahkan mereka enggan mengakui Allah. Walaupun orang-orang tersebut mengakui kebenaran ajaran Ibrahim di dalam hati, mereka memiliki kedengkian serta tidak mau menanggung rasa malu. Sejak saat itulah terdapat banyak kelompok orang yang saling menjauh berpencar dari tempat perapian ini, kemudian mengada-adakan bahasa dan budaya serta bentuk kepercayaan yang dianggap oleh masing-masing sebagai hal paling benar. Di antara banyak manusia yang menghendaki hawa nafsu serta kepercayaan masing-masing, Ibrahim maju seraya menyatakan bahwa ia hanya beriman kepada Allah; juga ia hanya berserah diri kepada Kehendak Allah. Maka Allah memilih Ibrahim dari tengah-tengah umat manusia sebagai manusia pilihan Allah, sehingga Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang yang saling berselisih: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian."

    7. Perdebatan dengan Namrudz dan Hijrah dari tanah leluhur
    Setelah memahami bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian yang membara, Namrudz beserta para pengikutnya merasa dipermalukan serta merasa takut bahwa akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya. Akibat telah mendakwakan diri secara angkuh sebagai raja dan dewa atas umat manusia maka Namrudz enggan mengakui mu'jizat Ilahi pada diri Ibrahim. Kemudian Namrudz berupaya mengalahkan Ibrahim dengan memberi pertanyaan sebagai tantangan: “Kami sadari bahwa kamu memang tetap hidup dari tengah-tengah perapian tetapi kamu tidak menghadirkan sembahanmu di hadapan kami, maka kami takkan percaya kepadamu” Ibrahim mengatakan: "Tuhankulah Yang Menghidupkan maupun Yang Mematikan siapa yang Dia kehendaki, sebab Dialah Yang Maha Kuasa atas segala hal yang berada di langit maupun di bumi." Seketika Namrudz memanggil dua orang budak lalu Namrudz membunuh salah seorang budak serta membiarkan seorang yang lain tetap hidup, Namrudz semakin menyombongkan diri: "Aku pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah raja, dan aku pun dewa yang sanggup menghidupkan maupun mematikan; maka aku bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan bisa menunjukkan bukti-bukti tentang Tuhanmu itu kepada diriku" Ibrahim berkata: "Sekalipun kamu memberi seisi bumi kepadaku, ketahuilah bahwa segala yang ada di bumi beserta yang ada di langit adalah Milik Allah. Maka lihatlah ke arah matahari yang terbit itu, sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah timur, jika memang terdapat kuasa pada dirimu terhadap matahari maka terbitkanlah matahari dari arah barat," seketika Namrudz tertegun dan menjadi bisu di hadapan Ibrahim, lalu banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrudz sehingga orang-orang tersebut mendirikan kekuasaan mereka sendiri.

    Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan Babilonia sewaktu Azar memanggil anak-anaknya supaya hadir di rumah Haran untuk pembagian warisan. Kedua anak perempuan Haran masing-masing dijadikan istri untuk dua saudaranya, Ibrahim dan Nahor, sedangkan anak laki-laki Haran, Luth, memilih ikut bersama Ibrahim; selain karena keberadaan Ibrahim yang pernah tinggal di rumah Haran, Luth juga telah memiliki keimanan terhadap ajaran Ibrahim. Ibrahim sempat mengajak ayah kandungnya supaya meninggalkan penyembahan berhala supaya berangkat bersamanya dalam mengikut kepada Allah. Namun, sang ayah telah merasa lelah terhadap seruan-seruan semacam ini, kemudian menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama. Meskipun demikian, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan pengampunan untuk ayahnya sebagai janji dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua. Akan tetapi terdapat peringatan Allah yang menyadarkan nabi Ibrahim supaya tidak lagi memohonkan pengampunan untuk ayahnya, sebab ayahnya merupakan orang yang menolak serta memusuhi penyembahan kepada Allah.

    Ibrahim bersama Sarah, Luth, serta para pengikutnya meninggalkan rumah Haran untuk berangkat ke manapun yang Allah perintahkan. Oleh karena Ibrahim telah beriman, berjihad dan berhijrah untuk Allah, maka Allah memberkati Ibrahim; juga Allah berjanji akan menghadiahi Ibrahim beserta keturunannya maupun kaum pengikutnya berupa pewarisan "sebuah negeri yang diberkahi atas alam semesta." Perjanjian Ilahi untuk Ibrahim tersebut kelak diwariskan kepada Ishaq, yang kemudian diterima Ya'qub, lalu beralih kepada dua belas putra Ya'qub hingga sampai kepada umat Bani Israil. Selain itu, Perjanjian langka ini berisi karunia ganda berupa anugerah istimewa di dunia beserta karunia surga di Akhirat.

    Tatkala menjadi pendatang di negeri Mesir, Ibrahim disambut sebagai tamu kehormatan yang diberi berbagai pemberian, sebab Sarah hendak dijadikan istri oleh raja Mesir; lantaran Ibrahim telah memperkenalkan Sarah, yang berparas sangat cantik, sebagai saudaranya sendiri agar Ibrahim tidak mendapat celaka di negeri Mesir. Semenjak tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap anak perempuan kakaknya ini sebagai saudaranya sendiri, serta sebagai saudara dalam keimanan. Allah menimpakan kemalangan dan azab kepada raja Mesir tatkala hendak mengambil Sarah ke istana Mesir, sehingga raja Mesir dihalangi untuk menjadikan Sarah sebagai istri. Sewaktu raja Mesir tersadar bahwa azab telah ditimpakan akibat Sarah yang merupakan istri Ibrahim, maka raja Mesir merasa bersalah karena hendak menikahi wanita yang telah bersuami dan ia merasa takut terhadap nabi Ibrahim. Sebagai tanda permintaan maaf, raja Mesir memberi banyak hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir agar Ibrahim tetap tinggal di Mesir. Bahkan anak perempuan raja Mesir; yakni Hajar, telah diserahkan sebagai budak kepada Sarah untuk penebus kesalahan yang hendak diperbuat raja Mesir.

    8. Tamu Ibrahim
    Walaupun mendapat ajakan untuk menetap di Mesir; atas keimanannya, Ibrahim tetap pergi menuju negeri yang Allah wariskan untuknya, yang membuktikan bahwa Ibrahim lebih menaruh kepercayaan terhadap janji Allah dibanding terhadap janji manusia. Sewaktu meninggalkan negeri Mesir pula, Ibrahim melepas kepergian rombongan nabi Luth yang pergi ke negeri Sadum. Selama menetap di negeri Palestina, Ibrahim menjadi sosok yang terhormat dan dikenal luas di berbagai negeri oleh karena Ibrahim berlaku dermawan terhadap penduduk Kana’an maupun orang-orang asing.

    Sekalipun Allah telah berjanji bahwa seluruh negeri itu diwariskan untuk dirinya maupun kaum keturunannya sebagai tanah milik, Ibrahim tidak mengusir ataupun menyingkirkan penduduk yang tinggal di sekitar wilayahnya, karena Ibrahim mengaku bahwa dirinya hanyalah pendatang di bumi yang diterima secara baik oleh Allah, sehingga Ibrahim hendak berbuat baik pula kepada banyak orang sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada dirinya. Ibrahim menjadi sosok yang sangat ramah menyambut para pendatang maupun para pengembara yang singgah di rumahnya. Ibrahim juga mengenalkan ajaran iman kepada Allah, sewaktu ia menerima para tamu dari berbagai negeri.

    Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk menguasai negeri Palestina karena sosoknya yang memiliki kesetiaan sejati kepada Allah, disertai keimanan diri yang kuat; sehingga ia mampu mempengaruhi kaum penduduk negeri itu dengan tidak sedikitpun mengalami pelemahan iman akibat hidup di tengah-tengah mereka. Allah memilih kaum keluarga Ibrahim supaya menerima karunia istimewa diantara umat manusia di muka bumi; sebagaimana Allah telah berjanji kepada Ibrahim bahwa ia beserta golongan pengikutnya akan memperoleh berkat beserta karunia yang berkenan di dunia beserta anugerah yang kekal di negeri Akhirat; yakni upah terbaik untuk hamba-hamba Allah. Sewaktu penduduk di negeri itu hendak mengangkat Ibrahim sebagai seorang raja di tengah-tengah mereka; ia menolak keinginan mereka seraya menyatakan bahwa hanya ada satu Raja di langit maupun di bumi, yakni Allah. Kebijaksanaan serta kesalehan nabi Ibrahim membuat bangsa Kana'an merasa segan untuk berbuat dosa sebab mereka menyadari kekuatan iman beserta kasih setia nabi Ibrahim kepada Allah.

    Sewaktu Ibrahim memikirkan tentang keadaan generasi pewarisnya, ia berdoa kiranya Allah mengaruniakan seorang putra yang termasuk golongan saleh, maka Allah berjanji akan mengaruniakan seorang putra sebagai pewaris Ibrahim. Beberapa waktu kemudian, Sarah meminta supaya Ibrahim menikahi Hajar supaya mendapat anak. Setelah dianugerahi seorang putra melalui Hajar, yakni Ismail, Ibrahim menerima perintah sunat sebagai jaminan bahwa ia akan memperoleh keturunan melalui Sarah. Beberapa waktu setelah bersunat, Ibrahim menerima kunjungan para tamu istimewa yakni tiga malaikat berwujud tiga laki-laki, akan tetapi wujud ketiga malaikat ini berbeda dengan rupa manusia yang selama ini ditemui Ibrahim, ia pun merasa asing, kemudian ia bersegera mempersiapkan jamuan khusus untuk ketiganya. Ibrahim menghidangkan daging anak sapi panggang kepada mereka, namun Ibrahim merasa heran terhadap sikap ketiganya yang tidak memakan hidangan tersebut. Kemudian para malaikat ini menenangkan ia serta menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim bahwa Ishaq akan lahir untuknya, dan Ya’qub akan disebut sebagai penerus Ishaq. Ibrahim takjub mendengar kabar gembira ini, namun ia menyatakan tetap yakin terhadap janji Allah. Sementara itu Sarah tertawa dan merasa heran sewaktu mendengar hal ini karena menganggap lucu bagi seorang wanita yang telah berumur tua untuk menimang seorang bayi.

    Ketika salah satu malaikat menyampaikan kabar bahwa ada bencana dahsyat yang segera menimpa kaum Luth; Ibrahim yang menaruh belas kasihan terhadap kehidupan banyak orang, menahan malaikat ini beranjak dari rumahnya seraya memohonkan supaya Allah memberi kesempatan bertobat untuk orang-orang berdosa itu sebelum ditumpas. Malaikat tersebut menjawab bahwa keputusan ini telah mutlak bagi Allah; sebab Allah telah mengutus Luth supaya memperingatkan orang-orang berdosa itu, namun orang-orang itu tidak mengubah perilaku keji mereka sehingga Luth berseru-seru memohon pertolongan kepada Allah. Kemudian Ibrahim memohonkan keselamatan untuk Luth beserta orang-orang yang beriman supaya diluputkan ketika azab terjadi. Hal ini dikabulkan untuk seluruh keluarga Luth, terkecuali istri Luth.

    Setelah Ishaq lahir, Ibrahim sangat menyayangi dan mengistimewakan Ishaq, putra yang telah lama Allah janjikan sebagai pewarisnya. Hajar dan Ismail merasa cemburu terhadap perhatian yang diberikan kepada Ishaq, Sarah juga menyarankan supaya Ishaq tidak berada dekat dengan Ismail, maka Ibrahim memutuskan agar keduanya tinggal terpisah dengan Ishaq supaya kelak tidak ada pertengkaran antara kedua putra Ibrahim; terlebih Allah telah menyatakan jauh sebelum Ismail dilahirkan bahwasanya Ishaq telah tertulis sebagai penerus dan pewaris Ibrahim.

    9. Penyembelihan Ismail
    Ketika seorang putra Ibrahim telah mencapai usia dewasa, Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintahNya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak. Keimanan Ibrahim, yang telah berhasil menghadapi ujian-ujian sebelumnya, sama sekali tidak berubah sewaktu menerima perintah ini. Ibrahim mengajak putranya berangkat untuk melaksanakan perintah Allah, ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun memohon keringanan dari Allah tentang perintah ini melainkan ia melaksanakan sebagaimana yang Allah perintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan putranya untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan persetujuan dari sang putra. Ibrahim berkata: "Wahai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam sebuah mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka sampaikanlah apa pendapatmu!" putranya menjawab: "Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala putranya telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan apapun untuk Allah, juga membuktikan wujud seorang hamba yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi Allah. Kemudian Ibrahim mendapati seekor sembelihan besar sebagai kurban pengganti putranya.

    Atas pengabdian sepenuhnya ini, maka Allah memberkahi Ibrahim, serta menyampaikan kabar bahwa Ishaq merupakan nabi yang termasuk golongan saleh, demikian pula Ya'qub sebagai penerus, sehingga Allah mengistimewakan ketiga sosok ini dengan buah tutur serta gelar terbaik di antara umat manusia yang pernah ada. Ibrahim masih hidup untuk mendidik cucunya, Ya’qub, serta memberkati sang cucu. Sebelum meninggal dunia, Ibrahim bersyukur kepada Allah, kemudian Ibrahim mengumpulkan putra-putranya untuk mewariskan agama kepada putra-putranya beserta kepada Ya’qub.

    Do'a
    Terdapat doa-doa yang dipanjatkan Ibrahim, salah satunya doa ketika Ibrahim mendirikan Baitullah, bersama nabi Ismail, yakni doa yang ditujukan untuk nasib generasi-generasi penerus mereka:
    Dan ketika Ibrahim berdo'a, "Wahai Tuhanku, jadikan negeri ini negeri yang aman sentosa, dan karuniakan rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah maupun hari Akhir." Allah berfirman, "Dan kepada orang yang kafir pun Aku berikan kesenangan hidup yang sementara, kemudian Aku paksa orang itu menerima malapetaka Neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali," 
    dan ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo'a):  
    "Wahai Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami, jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau 
    dan kiranya Engkau tunjukkan kepada kami cara-cara beserta tempat-tempat ibadah kami, dan terimalah taubat kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. 
    Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Utusan dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.    - Al-Baqarah 2:126-129
    Dan ketika Ibrahim berdoa: "Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebuah negeri yang aman, dan kiranya hindarkan aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. 
    Wahai Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan sebagian besar dari umat manusia, maka barangsiapa yang mengikuti diriku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai diriku, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. 
    Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahMu yang dihormati, Wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian umat manusia cenderung kepada mereka dan karuniakan mereka berupa buah-buahan, supaya mereka bersyukur.

    Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala yang kami sembunyikan dan segala yang kami nyatakan; dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.    - Ibrahim 14:35-38
    Wahai Tuhanku, jadikan aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, Wahai Tuhan kami, perkenankan doaku.
    Wahai Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang berman pada hari terjadinya hisab.    - Ibrahim 14:40-41

    Julukan
    Khalilullah (خلیل اللہ) adalah julukan istimewa yang Allah berikan untuk Ibrahim yang bermakna Kesayangan Allah:
    Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi KesayanganNya.  - An-Nisa 4:125
    Nabi Ibrahim disebut pula sebagai "Bapak Umat Muslim":
    Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian, agama sebagai suatu kesempitan. (Ikutilah) agama bapak leluhur kalian; Ibrahim. Dia telah menamai kalian sebagai golongan muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi terhadap dirimu dan supaya kalian menjadi saksi terhadap segenap umat manusia, maka dirikan sembahyang, tunaikan zakat dan berpeganglah kalian pada tali Allah; Dialah Pelindung kalian, maka Dialah sebaik-baik Pelindung serta sebaik-baik Penolong.    - Al-Hajj 22:78

    Sekian Cerita Nabi Ibrahim A.S , terima kasih telah membaca dan menshare cerita ini , semoga ada manfaat nya , wassalamualaikum ^^


    sumber :
    - WIKI ID
    - #CeritaanaKita 

    , ,


    Saleh A.S

    Nabi Saleh adalah salah seorang nabi dan rasul dalam agamaIslam yang diutus kepada Kaum Tsamūd. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Dia telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang dikeluarkan dari celah batu dengan izin Allah yakni bagi menunjukkan kebesaran Allah kepada kaum Tsamud. Malangnya kaum Tsamud masih mengingkari ajaran Shaleh, mereka membunuh unta betina tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang amat dahsyat yaitu dengan satu pukulan dari Malaikat Jibril yang menyebabkan tubuh mereka hancur berai ,

    Etimologi
    Nama Shaleh kemungkinan besar berasal dari sejarah Petra Se'lah yang berarti "batu" dalam bahasa Ibrani, yang lain meyakini bahwa namanya berasal dari bahasa Arab, sali'h yang berarti "orang baik".

    Genealogi
    Salleh bin Ubaid bin 'Ashif bin Masih bin 'Abid bin Hazir bin Samud bin Amir bin Irim bin Syam bin Nuh. Saleh merupakan anak tertua dan memiliki dua orang adik yang bernama Aanar dan Ashkol.

    Dakwah Kepada kaum Tsamud
    Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya pesuruh di sisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.

    Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatutnya mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.

    Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka mati di akhirat kelak. Dia berharap yang kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan bersungguh-sungguh apa yang dia serukan dan anjurkan agar mereka segera meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.

    Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya kerana seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragui kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."

    Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat seksaan dan azab dari Allah kerana menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi ke atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allah-lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.

    Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahawa engkau telah dirasuk syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau tidak sedar yang engkau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.

    Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai balasan atas usahaku memberi penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."

    Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.

    Mukjizat
    Nabi Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.

    Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.

    Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.

    Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: " Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu mengganggu binatang ini." Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.

    Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.

    Dalam Referensi Berbeda - #CeritaanaKita
    Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur. Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh AS. Mukjizat Nabi Saleh ASKaum Tsamud menantang Nabi Saleh AS menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah SWT agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh AS kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh. Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu. Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu. Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya, "Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga." Kedurhakaan kaum Tsamud
    Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini. Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan. Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, "Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!" 
    Berkata Nabi Saleh, "Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu." Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, "Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?" 
    Nabi Saleh menjawab, "Wahai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan? Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoha kalian diberi ampun." Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud
    Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka? 
    Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya? Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke Ramlah, sebuah tempat di Palestina. Kisah Nabi Saleh AS termuat di Al Qur'an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A'râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.



    sumber :
    - #CeritaanaKita


Top